Beranda | Artikel
Mengenal Dakwah Salaf
Jumat, 20 Desember 2019

Bismillah. Wa bihi nasta’iinu.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, telah menjadi kewajiban kita untuk saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Sebagai bentuk pengamalan firman Allah (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran.” (al-’Ashr : 1-3)

Diantara perkara yang telah kita yakini bersama, bahwa seorang muslim telah mendapatkan anugerah yang sangat besar dari Allah, yaitu anugerah berupa hidayah. Hidayah yang selalu kita minta setiap hari di dalam sholat ketika kita membaca doa ‘ihdinash shirathal mustaqim’; yang artinya, “Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus.” (al-Fatihah)

Jalan yang lurus adalah jalan Islam. Yang kita selalu membutuhkan tambahan ilmu dan bantuan terus-menerus dari Allah agar bisa mengamalkan apa yang kita ketahui dari kebenaran. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya niscaya Allah akan pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bagi seorang muslim, agama ini adalah perbendaharaan yang paling mahal dalam hidupnya. Sebab tanpa Islam dia tidak akan bisa mencapai kebahagiaan. Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima darinya dan di akhirat dia akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (Ali ‘Imran : 85)

Diantara kebenaran yang wajib untuk dipahami oleh seorang muslim adalah bahwa jalan yang akan mengantarkan dirinya menuju kebahagiaan dunia dan akhirat adalah dengan mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya; yaitu kaum Muhajirin dan Anshar. Hal ini telah diterangkan oleh Allah dalam ayat (yang artinya), “Dan orang-orang yang terdahulu dan pertama-tama dari kalangan Muhajirin dan Anshar, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik; Allah ridha kepada mereka, dan mereka pun ridha kepada-Nya…” (at-Taubah : 100)

Dakwah salaf adalah dakwah atau ajakan yang mengikuti jalan para pendahulu yang salih/salafus shalih. Yang dimaksud salafus shalih itu adalah para sahabat nabi, para tabi’in, dan juga tabi’ut tabi’in. Dan para ulama yang mengikuti pemahaman mereka dari masa ke masa disebut dengan istilah ulama salaf atau ulama Sunnah. Seperti para ulama yang sudah kita kenal namanya semacam Imam Bukhari, Imam Ahmad, Imam Syafi’i, Imam Malik, dan para ulama salaf yang lain.

Jalan untuk memahami agama ini telah diterangkan dan dicontohkan oleh mereka; oleh sebab itu hendaknya kita mengikuti jalan dan jejak-jejak mereka. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam al-Auza’i rahimahullah, “Hendaklah kamu mengikuti jalan orang-orang terdahulu/salaf, meskipun orang-orang menolakmu. Dan jauhilah olehmu pendapat-pendapat akal manusia; walaupun mereka menghias-hiasinya dengan ucapan yang indah di hadapanmu.” 

Imam Malik rahimahullah mengatakan, “Tidak akan memperbaiki keadaan generasi akhir umat ini kecuali dengan apa-apa yang telah memperbaiki keadaan generasi awalnya.” Inilah hakikat dari dakwah salaf atau dakwah salafiyah. Dakwah salaf bukanlah seruan kepada aliran sesat, pemahaman ekstrim atau fanatisme golongan. Dakwah salaf adalah dakwah Nabi dan para sahabat. Ia mengajak kaum muslimin untuk memahami Islam yang murni dari berbagai bentuk penyimpangan.

Apa yang diserukan oleh dakwah salaf? Tentu saja mengikuti apa yang telah diserukan oleh para nabi dan rasul kepada umatnya, yaitu untuk beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan syirik. Kita tujukan ibadah kepada Allah dan meninggalkan sesembahan selain-Nya apa pun bentuknya; apakah itu batu, pohon, jin, nabi, atau wali. Allah berfirman (yang artinya), “Dan Rabbmu telah menetapkan bahwa janganlah kalian beribadah kecuali kepada-Nya.” (al-Isra’ : 23)

Dakwah salaf mengajak kepada keimanan dan memperingatkan umat dari bahaya kekafiran. Karena kekafiran dan perbuatan syirik akan menghapuskan amalan dan menjadi sebab pelakunya kekal di neraka. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelum kamu; Jika kamu berbuat syirik pasti akan lenyap seluruh amalmu dan benar-benar kamu akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (az-Zumar : 65)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman itu terdiri dari tujuh puluh lebih cabang; yang paling tinggi adalah ucapan laa ilaha illallah, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu merupakan salah satu cabang iman.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, iman bukan semata-mata ucapan dengan lisan atau mengenakan pakaian kaum muslimin. Lebih daripada itu Islam dan iman menuntut kita untuk menanamkan keyakinan di dalam hati dan melakukan amalan kebaikan. Seorang ulama terdahulu bernama Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Bukanlah iman itu dengan berangan-angan atau menghias-hias penampilan. Akan tetapi iman adalah apa-apa yang bersemayam di dalam hati dan dibuktikan dengan amal-amal perbuatan.”

Oleh sebab itu seorang muslim memiliki tujuan hidup yang jelas di alam dunia ini; yaitu untuk beribadah kepada Allah dan tunduk patuh kepada ajaran-Nya. Hidup dalam rangka mewujudkan iman dan amal salih agar bahagia dunia dan akhirat. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56)

Beribadah kepada Allah adalah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Beribadah kepada Allah artinya melakukan hal-hal yang dicintai oleh Allah; baik berupa ucapan maupun perbuatan; yang lahir maupun batin. Allah berfirman (yang artinya), “[Allah] Yang telah menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian; siapakah diantara kalian yang terbaik amalnya.” (al-Mulk : 2)

Kehidupan kita di alam dunia adalah kehidupan yang sementara. Waktu demi waktu yang kita lalui adalah perjalanan panjang menuju alam akhirat. Di sana ada hari pembalasan amal, di sana ada hari kebangkitan dan penghitungan. Di sana ada surga dan neraka. Tentu kita ingin menjadi penghuni surga dan tidak suka menjadi penduduk neraka. Kita ingin bertemu dengan Allah dan mendapatkan keridhaan-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (al-Kahfi : 110)

Dakwah salaf mengajarkan kepada kita untuk tunduk kepada wahyu dari Allah dan kebenaran yang datang. Kita tidak boleh menolak kebenaran, karena hal itu adalah bentuk kesombongan. Apa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umat ini adalah kebenaran. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah dia (Muhammad) berbicara dari hawa nafsunya. Tidaklah yang dia ucapkan itu melainkan wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (an-Najm : 3-4)

Dengan mengikuti petunjuk dan ajaran beliau maka kita akan mendapatkan kecintaan dari Allah dan ampunan-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Ali ‘Imran : 31)

Semoga sedikit tulisan ini bisa mengenalkan kepada kita tentang betapa agungnya dakwah salafiyah dan betapa mulianya orang-orang yang diberi taufik oleh Allah untuk bisa mengikuti dan ikut menyebarkan dakwah yang suci ini. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Yogyakarta, 22 Rabi’u Tsani 1441 H / 19 Desember 2019


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/mengenal-dakwah-salaf/